BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan
Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
menurut Sunaryo Kartadinata (1998: 3) dalam Syamsu Yusuf (2008: 6), mengartikan
bimbingan sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal.”
Rochman Natawidjaja (1987: 37) dalam Syamsu Yusuf (2008: 6) mengartikan
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan
kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan
hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara
optimal sebagai makhluk sosial.
Sementara itu, Syamsu Yusuf (2009: 38) mengatakan bahwa bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan (process of helping) konselor kepada individu
(konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan
lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama
dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara
personal maupun sosial”
B. Pengertian Konseling
Menurut Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986: 25) dalam Syamsu Yusuf(2009:
43) konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang
seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif
terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling ini
meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai
informasi, melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan bantuan
melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi).
ASCA (American School Counselor Association) (Syamsu Yusuf, 2009: 44)
mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia,
penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk membantu
kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
Sementara Syamsu Yusuf (2008: 9) mengatakan bahwa konseling merupakan salah
satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan di sini yaitu
sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang yang
dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah
menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
klien.
C. Kedudukan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Hubungan Bimbingan dan Konseling dengan Pendidikan
di Sekolah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru sebagai salah satu
pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai
pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk
memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan
konseling di sekolah. Bimbingan konseling sendiri adalah salah satu unsur yang
sangat penting, yang merupakan salah satu unsur yang harus tersedia di dalam
sebuah lembaga pendidikan, yakni sekolah. Dalam kenyataannya memang Bimbingan
Konseling yang diharapkan diimplikasikan dengan baik di sekolah-sekolah tidak
berjalan seperti yang diharapkan. Tanggung jawab sekolah ialah membantu para
siswa, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat, dengan
mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat,
berkompetensi, mandiri, dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapinya. Inti dari tujuan pendidikan itu sendiri adalah perkembangan yang
terjadi pada kepribadian peserta didik baik secara akademik maupun kehidupan
sosialnya secara optimal serta perkembangan peserta didik sebagai seorang
individu.
Sehingga implikasi peranan Bimbingan Konseling di
sekolah-sekolah itu sendiri adalah untuk membantu berhasilnya program
pendidikan pada umumnya, membantu keberlangsungan pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar di sekolah-sekolah. Oleh karena itu adanya Bimbingan Konseling
di sekolah-sekolah sangat penting untuk peningkatan mutu pendidikan, khususnya
di Indonesia. Selain itu untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tidak
cukup hanya dengan interaksi dan transfer ilmu dari guru pada siswa,
materi-materi pelajaran, teori-teori, dan berbagai aspek kognitif lainnya.
Mewujudkan pendidikan yang bermutu juga dibutuhkan serta harus didukung oleh
profesionalitas para tenaga pendidik, tenaga administratif juga termasuk di
dalamnya tenaga-tenaga bantu lain yang mendukung terlaksananya penyelenggaraan
pendidikan. Serta sebagai tambahan yang tentunya juga sangat penting pula dalam
elemen pendidikan yaitu, system manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan
megambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya.
Dalam hal ini juga dapat dijelaskan bahwa setidaknya
terdapat tiga komponen yang menunjang pelaksanaan pendidikan, yaitu : program
yang baik, yang berarti bahwa program ataupun hal-hal yang direncanakan untuk
keberlangsungan pelaksanaan pendidikan bagi baik siswa itu sendiri, maupun bagi
pendidikan itu sendiri, haruslah memiliki tujuan dan diupayakan pencapaiannya
dengan sebaik mungkin. Kedua, administrasi dan supervisi yang lancar, yang
memungkikan untuk memperlancar pula kegiatan belajar mengajar di sebuah
sekolah, carut-marut administrasi juga akan mempengaruhi proses pelaksanaan
pendidikan yang diharapkan bias dilaksanakan seoptimal mungkin. Terakhir,
pelayanan bimbingan yang terarah, sangat ditekankan sekali adanya layanan
bimbingan bagi para siswa yang terarah dan secara teratur. Hal ini dimaksudkan
agar siswa dapat lebih bisa mengarahkan dirinya serta berbagai potensi yang ada
dalam dirinya menjadi sehingga menjadi berkembang, seperti harapan yang
sekaligus menjadi tujuanpendidikan.
kedudukan BK di sekolah :
Ø Kedudukan
BK Secara Formal
Secara formal kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam
Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
1.
UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha
sadar menyiapkan peserta didik melalui bimbingan dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”
2.
PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990 Bab X pasal 25
ayat 1 yang menyatakan :
“Bimbingan adalah bantuan
peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa
depan”
“Bimbingan dilaksanakan
oleh guru pembimbing”
3.
UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, dan konselor,
widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”
Dari
penjelasan di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan konseling tidak sekedar
tempelan saja. Layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang
cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan
layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses
pembelajaran secara efektif.
Agar
dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan pribadi sehingga dapat membantu keseluruhan proses
belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk :
1.
Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
2.
Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3.
Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya,
4.
Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang
dihadapinya,
5.
Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan
dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma
Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:
Ø Kedudukan BK dalam Setting
Pendidikan Formal
Pemetaan layanan BK seperti yang
tertera pada gambar di atas, menampilkan dengan jelas kesejajaran antara posisi
layanan BK yang memandirikan dengan layanan manajemen pendidikan dan layanan
pembelajaran yang dibingkai oleh kurikulum khusus sistem persekolahan sebagai
bentuk kelembagaan dalam jalur pendidikan formal. Wilayah bimbingan dan
konseling yang memandirikan menjadi tanggung jawab konselor.
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat
memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, siswa dapat
mencapai prestasi belajar yang optimal apabila terbebas dari masalah-masalah
yang dapat mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah tersebut dapat
dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Materi layanan bimbingan
dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan
individualitas siswa.
Pelayanan bimbingan dan konseling juga
memberikan sumbangan dalam manajemen dan supervisi. Misalnya, berkaitan dengan
penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan belajar
yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang
bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Begitu pula sebaliknya, bidang
pengajaran, manajemen, dan supervisi memberikan sumbangan besar bagi pelayanan
bimbingan dan konseling. Jika ketiganya berjalan dengan baik, maka akan
mencegah timbulnya masalah pada siswa juga sebagai wahana pengentasan
masalah-masalah siswa.
D. Fungsi
Bimbingan Konseling di SD
bimbingan
dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah,
yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan
perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi
siswa
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling
memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan, yaitu manusia seutuhnya (tercapainya segala aspek
kehidupan manusia).
Fungsi bimbingandan konseling di sekolah dasar
yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi
Preventif
Fungsi Preventif, yaitu fungsi bimbingandan
konseling yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingandan konseling kepada peserta didik tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya bahkan membantu dirinya unutk memecahkan masalah secara mandiri serta
dibantu oleh orang tua
b. Fungsi
Pemahaman
Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingandan
konseling yang
membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya)
dan lingkungannya (pendidikan, lingkungan keluarga dan sekolah serta
norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
c.
Fungsi Penyembuhan
Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingandan
konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir. Teknik yang dapat digunakan adalah peserta didik, dan remedial teaching.
d. Fungsi
Perbaikan
Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingandan
konseling untuk membantu peserta didik
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
peserta didik supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki
perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau ke hendak yang produktif dan normative.
e.
Fungsi Pengembangan
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingandan
konseling yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta
didik. Konselor dan personel Sekolah Dasar/Madrasah
lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu peserta didik mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingandan konseling yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room, dan karyawisata.
f.
Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi penyaluran ialah
fungsi bimbingandan konseling di sekolah
dasar dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam
memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan
sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai
dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu
fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah
antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain, atau membantu peserta didik memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan
ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
g.
Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah
fungsi bimbingandan konseling dalam
membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai
teknik bimbingan khususnya dalam teknik peserta didik, siswa dibantu menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga
membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
h.
Fungsi Pemeliharaan
Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingandan
konseling untuk membantu peserta didik supaya
dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta
dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi peserta didik agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan
fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan
fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat peserta didi
i.
Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah
fungsi bimbingandan konseling dalam
rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program
pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi
ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan
kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru
berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga
para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,
kebutuhan dan minat.
j.
Fungsi Fasilitasi
Fungsi Fasilitasi, memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan konseling adalah upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
klien agar klien mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan
dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseling
merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan dari seorang pembimbing kepada yang
terbimbing dengan tujuan orang yang terbimbing dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya atau dapat keluar dari masalah menuju kebahagiaan.
Konseling adalah proses wawancara
antara konselor dengan klien guna mengetahui masalah klien agar klien dapat
memahami masalah dan keluar dengan usaha sendiri dengan bantuan konselor.
Hubungan antara
bimbingan dengan konseling itu sangat erat sekali. Dari satu segi dapat kita
lihat bahwa kedua istilah tersebut mempunyai arti yang sama yaitu proses
pemberian bantuan terhadap seseorang atau kelompok orang, dan dari segi lain
konseling merupakan alat dalam pemberian bimbingan, di samping alat-alat yang
lain.
Dalam bidang pendidikan bimbingan mendapat tempat dan peranan yang amat
penting dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Bimbingan dipandang sebagai
salah satu komponen yang tak terpisahkan dari komponen lainya
.
B.Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa makalah ini sangat sederhana dan
jauh dari kesempuraan. Saran kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan makalah sehingga akan lebih bernanfaat kontibusinya bagi hazanah
keilmuan. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, Bimbingan dan
Konseling, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yrama
Widya, Bandung, 2012, Cet I
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011, Cet II
Khairul, Umam, Achyar Aminudin. Bimbingan dan Penyeluhan, Pustaka
Setia, Bandung, 1998.
Lubis, Namora Lumongga. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan
Praktik, Kencana, Jakarta, 2011, Cet I
Mappiare, Andi. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Usaha
Nasional, Surabaya,
Nurihsan, Achmad Juntika. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, Refika Aditama, Bandung, 2011, Cet IV
Sirodj, sjahudi, pengantar
Bimbingan dan Konseling,Duta Aksara,Sidoarjo,2010.
Sukardi, Dewa Ketut. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah, Usaha
Nasional, Surabaya
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), Andi
Offset, Yogyakarta, 2010, Cet III
Walgito,Bimo. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Andi, Yogyakarta, 2004, cet 1
Post A Comment:
0 comments: